MENELUSURI PELUANG BISNIS DI ERA DIGITAL

PowerPoint PresentationKeberadaan internet menjadi tonggak kejayaan teknologi digital yang tak lagi menjadi pilihan tapi menjadi keharusan dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk kepentingan individu maupun bisnis.

Tak bisa dihindari, jika kita bicara perkembangan teknologi digital, berarti kita harus bicara keberadaan internet. Dan transformasi digital yang mengacu pada perubahan yang terkait dengan penerapan teknologi digital dalam semua aspek masyarakat, makin terlihat dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam bahan bacaan berbentuk presentasi ini, saya coba mengurai hal-hal dipermukaan berkenaan dengan peluang-peluang bisnis yang ada di era digital. Walaupun belum secara detail, saya berharap apa yang tertuang dapat menambah wawasan yang membacanya.

Semoga bermanfaat.

Bahan bacaan dengan format file PDF dapat diunduh dengan mengklik “DOWNLOAD” di bawah ini.

DOWNLOAD

TINJAUAN PROFESI DAN MANAJEMEN KERJA DESAINER GRAFIS

DESIGN _ PROFESI-1Profesi desainer grafis juga mempunyai prisnip-prinsip dasar bekerja. Tak hanya itu, untuk urusan etika bisnis pun desiner grafis juga mempunyai panduan dasar. Dan selayaknya profesi-profesi yang lain, desainer grafis juga tak lepas dari keberadaan ilmu manajemen.

Dari literatur-literatur yang saya gali, baik dari buku, internet, maupun dari pengalaman sebagai desainer grafis, saya coba mengkompilasinya dalam bentuk rangkuman yang sedikit banyak dimaksudkan untuk dapat menilik keprofesian desainer grafis dan manjajemen kerja yang secara umum berlaku. Selamat membaca.

Bahan bacaan dengan format file PDF dapat diunduh dengan mengklik “DOWNLOAD” di bawah ini.

DOWNLOAD

IMPLEMENTASI DESAIN GRAFIS DALAM PEMASARAN

DESIGN _ MARKETING-1 Desain grafis, tak bisa dimungkiri menjadi salah satu pendukung penting dalam aktivitas pemasaran. Betapa tidak, dengan dukungan desain yang diaplikasikan dengan cara yang tepat, marketing objectives (tujuan pemasaran) dari suatu produk, jasa maupun ide dapat lebih mudah menncapai sasaran yang sudah direncanakan. Walaupun tidak sedikit pula, masih banyak desain yang terkesan hanya sebagai hiasan semata. Sehingga saat desain dimasukkan sebagai elemen dalam strategi pemasaran, ia tak banyak membantu tercapainya tujuan pemasaran.

Berdasarkan pengalaman saya dalam menekuni profesi sebagai desainer grafis, saya coba merangkum dengan menggabungkannya dengan beberapa referensi untuk menguraikan betapa pentingnya seorang desainer grafis mengetahui tentang kaedah-kaedah yang termuat dalam ilmu pemasaran, walaupun hanya di sisi permukaan saja. Semoga apa yang saya rangkum dalam bentuk presentasi ringan ini dapat menambah wawasan. Utamanya agar para desainer grafis dapat membedakan mana hasil desain yang hanya berkategori “BAGUS”, mana yang berkategori “BAIK”. Selamat membaca.

Bahan bacaan dengan format file PDF dapat diunduh dengan mengklik “DOWNLOAD” di bawah ini.

DOWNLOAD

BERBAGI KARYA UNTUK PEKERJA KREATIF (SHARING FOR CREATIVE WORKERS)

Sejak awal berkarya di dunia profesional saya memang banyak bekerja dikelilingi jurnalis ataupun pekerja media. Lalu melebar hingga mendapat jaringan kerja yang mempunyai benang merah sama, pekerja kreatif. Penulis buku, skenario, asisten sutradara, dan tentunya desainer grafis dari berbagai spesifikasi.

Since the beginning of work in my professional world is indeed much work surrounded by journalists or media workers. Then widened to the  network has got the red line is the same, creative workers. Author, screenwriter, Assistant Director and graphic designer of various specifications.

Dari pengalaman tersebut, saya juga mengalami ada kendala pencarian gambar untuk kepentingan berkarya. Baik dalam dunia media maupun dunia kreatif lainnya seperti, advertising dan penerbitan buku. Utamanya adalah pencarian gambar yang terbebas dari sitem royalti ataupun berbayar, karena memang mau tak mau ketersediaan waktu maupun anggaran membuat kondisi ini terbentuk. Kita butuh gambar yang dengan mudah didapat dan tidak memakan biaya.

From these experiences, I also experienced there are obstacles for the sake of image search works. Both in the world of media as well as other creative world, advertising and book publishing. The image search is free of the royalty system or paid, because it inevitably availability time nor budget to make this condition is formed. We need images that are easily obtained and no cost.

Waktupun berjalan, setelah era smartphone membahana, sayapun menjadi bagian dari penggunanya. Dan tentunya, urusan built in camera menjadi salah satu perhatian saya. Nah, dengan bermodal smartphone yang menurut saya mempunyai kemampuan mengambil gambar mupuni, saya mulai coba untuk “jeprat-jepret”. Dan setelah beberapa tahun saya kumpulkan dalam media penyimpanan, ternyata banyak juga koleksi yang sudah saya hasilkan dengan kamera smartphone. Lalu coba saya olah sedikit, karena kebetulan profesi saya adalah desainer grafis, saya pikir hasilnya lumayan jika digunakan untuk keperluan pekerjaan-pekerjaan kreatif seperti, pembuatan majalah, tabloid, buku, Iklan Layanan Masyarakat dll.

Time is running, after the smartphone era formations, I also became part of its users. And of course, the built in camera to be one of my attention. Well, with the capital in smartphones which in my opinion has the ability to take good pictures, I began to try to shoot any moment and object. And after several years I collect in the storage media, it turns out that a lot of my collection also make from my smartphone camera. And try a little touch up, because I’m  a graphic designerer, I think the result was fair if used for the purposes of such creative works, creation of magazines, tabloid newspapers, books, public service etc.

Untuk itulah, akhirnya saya memutuskan untuk memberikan sumbangsih kepada para pekerja media dan kreatif, dengan hasil foto kelas amatir yang saya hasilkan melalui smartphone. Hasil-hasil foto tersebut saya kumpulkan di Flickr, salah satu situs penyedia galeri foto gratis. Dan semua foto yang merupakan hasil karya saya tersebut, bebas untuk digunakan sebatas tidak untuk kepentingan promosi komersil dengan cukup menuliskan kredit titel: yogasdesign.

For that reason, I finally decided to give a contribution to creative and media workers, with the results of the amateur class photos which I generate via my smartphone. The results of the photo I collect on Flickr, one of the sites which providers of free photo gallery. And all the photos that are the result of my work, free to use for any creative works as long is not in the interest of commercial promotions, by simply put a credit title: yogasdesign.

FLICKR Yogasdesign

Click image & go to gallery

Saya berharap dengan langkah sederhana ini mudah-mudahan bermanfaat untuk semua.

I hope with this simple step it is useful for all.

MALE Magazine: Pengalaman Baru Membaca

30 Januari 2015

BRANDING-POSTER_2MALE Magazine adalah majalah digital interaktif pertama bagi pembaca pria di Indonesia. Terbit pertama kali 2 November 2012, MALE Magazine dianggap sebagai salah satu pemicu mulai berkembangnya platform digital publishing di Indonesia. Dengan menampilakn fitur-fitur interaktif yang menawarkan pengalaman baru membaca majalah, MALE Magazine dengan cepat dapat meraih jumlah pembaca yang sangat signifikan.

MALE Magazine saat ini terbit dalam format digital dengan menawarkan 3 platform. Versi aplikasi untuk iPad (dapat didownload di sini >> MALE Magazine on AppStore), Versi Android (dapat didownload di sini >> MALE Magazine on PlayStore), dan versi Multimedia PDF yang dapat didownload lewat situs male.detik.com.

IMG_20150129_215539_1

Secara umum dapat digambarkan, bahwa fitur-fitur yang tampil di MALE Magazine sebagai majalah digital interaktif adalah: Slide Show, Customize Photo Gallery, Page View Rotating (Portrait – Landscape), 360° image rotating, HTML5 Animation, Embed Video & Audio, Image & Text Scrolling, Page Navigation, Hyperlink, Image Pinch & Zoom, Extended Page Format, Additional Pop-Up Info, Image Sequnce.

Hal-hal inilah yang membuat MALE Magazine berhasil menyajikan pengalaman baru dalam membaca majalah, sekaligus menjadi diferensasi dengan majalah cetak. Termasuk pada versi Multimedia PDF yang dapat menyajikan fitur play video tanpa streaming (embed video), yang semenetara ini bisa dinikmati pembaca dengan menggunakan software AdobeReader 10 ke atas untuk PC/Laptop, dan Aplikasi ezPDF Reader untuk smartphone iPhone & Android.

Laju perkembangan industri media memang begitu cepat. Tak pelak, saat ini digitalisasi tak bisa dihindari. Terus meningkatnya pertumbuhan pengguna mobile device berupa komputer tablet, smartphone, maupun phablet adalah kondisi yang harus disikapi dengan cerdas oleh para pelaku industri media. Dan MALE Magazine telah melakukannya dengan sambutan yang luar biasa dari khalayak di Indonesia. What are you waiting for? Let’s go digital!

JEJAK DI RANAH DIGITAL MEDIA (TRACES IN THE REALM OF DIGITAL MEDIA)

Jakarta – 24 April 2014

Setelah sekian lama, akhirnya saya menulis blog lagi. Maklum dalam 2 tahun terakhir saya banyak mengalami beberapa momen penting dalam perjalanan saya sebagai insan di dunia kreatif.

After so long, finally I write the blog again. Understandably in the last 2 years there are many important moments in my journey as a person in the creative world.

Selain beberapa kali menggelar creative workshop dengan bahasan seputar desain grafis & creative business, saya juga terlibat dalam proses development satu produk digital media yang saya pikir ini adalah salah satu jejak yang sangat perlu dicatat.

In addition to several times hold a workshop with a discussion about graphic design & creative business, I am also involved in the development of the digital media product that I think this is one trail that is worth to be noted.

Memang, apa yang akan kita alami di kemudian hari tak pernah dapat ditebak. Ya, salah satunya seperti apa yang saya alami. Kira-kira kwartal kedua di 2011, salah seorang rekan saya di dunia kreatif, Burhan Abe, yang juga wartawan senior dan praktisi komunikasi serta pendiri Vox Populi Creative Syndicate, mengajak bertemu untuk berdiskusi. Pada waktu itu, Ia juga sedang menanagani sebuah produk media online shopping dari perusahaan ternama.

Indeed, what we will experience in the future can never be guessed. Yes, one of them like what I experienced. Roughly the second quarter in 2011, one of my colleagues in the creative world, Burhan Abe, a senior journalist and communications practitioner and founder of Vox Populi Creative Syndicate, invites met to discuss. At that time, he also was handling a shopping online media products from leading companies.

Lalu kami bertemu di kediaman saya. Berdiskusi soal media di masa depan yang diperkirakan akan bertransformasi ke ranah digital. Akhirnya kami sepakat mencoba membuat konsep digital magazine yang tidak akan diterbitkan dalam edisi cetak, alias full digital. Dan genre majalah yang kami coba buat adalah: Men Lifestyle Magazine, tepatnya majalah gaya hidup pria.

Then we met at my residence. Discussing world of media in the future that expected to be transformed to the digital realm. Finally we agreed to try to create a digital magazine concept that is not to be published in the print edition, aka fully digital. And we deal to try to make Men Lifestyle Magazine.

INSTINCT_magzSelang beberapa waktu, dummy/sample yang sudah jadi dengan menggunakan nama majalah sementara “INSTINCT magazine” saya serahkan kepada rekan saya ini. Lalu Ia masukkan sample tersebut ke dalam iPad & Laptop miliknya. Siap untuk di tunjukkan kepada pihak-pihak terkait.

After a time, I givie him dummy / sample that named “Instinct magazine”. Then he upload the sample into the iPad & Laptop. Ready to show it to the relevant parties.

Seiring berjalannya waktu, dan setelah sample ditunjukkan kepada beberapa pihak, tahun 2012 pun kami mendapat angin segar. Beberapa petinggi perusahaan media tertarik dengan konsep media tersebut. Termasuk seorang petinggi situs online terbesar di negeri ini berminat juga untuk menerbitkannya. Ya, Detikcom dengan nakoda Budiono Darsono, wartawan senior sekaligus salah satu pendirinya, yang sudah berstatus bergabung dengan salah satu raksasa media Indonesia, TransCorp, berminat!

Over time, and after the sample was shown to several parties, in 2012 we got good news. Some media company executives interested in the concept of the media. Includes an official of the Indonesian largest portal also interested to publish it. Yes, Detikcom which “driven” by Boediono Darsono , a senior journalist and one of the founders, who had the status of joining one of the Indonesian media giant, Transcorp, interested!

Kami langsung berkonsolidasi diawali dengan memberikan gambaran umum kepada calon penerbit. Tapi, tidak ada hasil usaha yang instan. Kami menunggu lagi beberapa bulan untuk mendapat kabar baik. Dan, saat kami justru sedang menyabangkan konsentrasi untuk pengerjaan proyek lain, tiba-tiba saja “lampu kuning” pun menyala lagi. Kabar baik akhirnya datang (lagi)!

We immediately consolidate begins with providing an overview to prospective publishers. But, there are no instant results of operations. We waited another few months to get the good news. And, when we actually share our concentration for another project, suddenly a “yellow light” lit up again. Good news finally come (again)!

Burhan Abe mulai mengumpulkan pasukannya. Untuk penyusunan proposal bisnis yang lebih lengkap Ia menugaskan Iwan Suci Jatmiko, yang berpengalaman menjadi pemimpin redaksi di salah satu majalah hiburan pria terbesar di Indonesia, sekaligus membentuk tim lengkap yang akan menggawangi produk ini. Saya sendiri bekerja terpisah berkonsentrasi dalam wilayah desain visual, termasuk rencana merekrut tenaga desainer grafis yang bisa diajak bekerjasama untuk men-develope majalah digital ini.

Burhan Abe began to gather his forces. For the preparation of a complete business proposal, He commissioned Iwan Suci  Jatmiko who experienced became chief editor in one of the largest men’s entertainment magazine in Indonesia, as well as forming a complete team that will handle this product. I worked separately concentrated in visual design part, including a plan to recruit a graphic designer who can be invited to work for develope this digital magazine.

Seperti sudah diuraikan, pada awalnya memang kami mengajukan sample dengan nama majalah “INSTINCT”. Tapi setelah beberapa kali melakukan presentasi baik segi desain, fotografi dan tentunya proyeksi bisnis dihadapan petinggi TransCorp, majalah digital ini diharapkan dapat berintegrasi dengan salah satu acara ber-target audience serupa, yaitu pria. Karena TransCorp sendiri sudah memiliki acara di Stasiun TV Trans7 dengan nama “Mata Lelaki”, maka terumuskanlah nama yang menurut kami sangat kuat, walaupun terkesan generic: MALE, yang dalam bahasa Indonesia berarti “Laki-laki”, dan jika dianggap singkatan bisa diartikan juga MA = Mata & LE = Lelaki.

As already described, at first we submit samples with “Instinct” for the name of the magazine . But after several presentations in terms of design, photography and of course about business projections to TransCorp executives, this  digital magazines are expected to integrate with one of the air show with similar target audience: men. Because Transcorp already has an television program in Trans7 TV station with the name “Mata Lelaki”, then we named this digital magazine : MALE, which in Indonesian means “Lelaki”, and if deemed stands can be interpreted also MA = Mata & LE = Lelaki.

MALE Team_01 MALE Team_02Lalu, Juli 2012 saya dihubungi lagi oleh Burhan Abe untuk betemu dengan tim bentukan awal. Selain kami berdua, ada Iwan Suci Jatmiko, M.I. Mappasenge, Andry Novelino, Ade Irwan Tresnadi, Paksi Suryo Rahardjo, Dody Handoko, dan Catur Prajitno. Kami coba merancang gerak langkah selanjutnya agar majalah ini segera terbit. Bagi saya, ini adalah hal yang sama sekali baru. Bahkan saya belum sempat menginjakkan kaki di wilayah epublishing sekalipun, baru sekedar tahu secara permukaan. Dan ternyata kini saya mendapatkan tugas untuk men-develope digital interactive magazine yang akan diterbitkan khusus dalam edisi tablet dan multimedia PDF. Bisa dibilang saya benar-benar buta!

In July 2012 I was contacted again by Burhan Abe to meet with the initial formation of the team. In addition to the two of us, there is the Iwan Suci Jatmiko, M.I. Mappasenge, Andry Novelino, Irwan Ade Tresnadi, Paksi Suryo Rahardjo, Dody Handoko, and Catur Prajitno. We try to design the next steps to move this magazine forthcoming. For me, this is really something new. In fact I have no experience in e-publishing , just know a little knowledge. And now it turns out I have a duty to develope digital interactive magazine that will be published just in tablet and multimedia PDF. I could say I was completely blind!

Waktu terus berjalan, saya berharap dari pihak yang lebih berpengalaman akan mendapat mentoring agar developing bisa segera dilakukan. Tapi kenyataannya tidak semulus yang diperkirakan. Tenaga ahli untuk produk digital interactive magazine di Indonesia terbilang masih sangat langka. Dan tuntutan agar segera mempresentasikan bentuk real dari digital magazine ini terus mendesak. Pengetahuan yang didapat saya rasa masih minim. Akhirnya setelah mendapat beberapa pencerahan dan pengetahuan secara umum dari rekan-rekan di Detikcom, saya memberanikan diri untuk mengeksplorasi lebih lanjut dengan perangkat yang saya miliki di rumah: 1 PC jadul dan 1 Laptop!

Time goes by, I hope from those who are more experienced will got mentoring. But the reality is not as simple as expected. Experts for digital interactive magazine in Indonesia is still very scarce. And demands to immediately present the real form of this digital magazine kept pushing. I think the knowledge gained is still minimal. Finally after getting some enlightenment and general knowledge of colleagues in Detikcom, I ventured to explore further with the device I have at home: 1″old school” PC and 1 Laptop!

 

Got it!! Ya, Alhamdulillah saya merasa berhasil mendapatkan beberapa kuncinya! Lalu perekrutan tim lengkappun juga sudah mulai dijalankan. Maka tim awal siap tempur (dengan segala plus minus-nya) terbentuk: Burhan Abe (Editor in Chief), Iwan Suci Jatmiko (Deputy Editor in Chief), Paksi Suryo Rahardjo (Senior Editor), Ade Irwan Trisnadi (Editor), Dody Handoko (Editor), Witanto Prasetyo (Reporter), Aderiska Andriana (Reporter), Dedy Sofan (Reporter), M.I. Mappasenge (Photography Editor), Andry Novelino (Photographer), Catur Prajitno (Photographer), Roswita Ambarini (Fashion Stylist), Radot Marpaung (Fashion Stylist), Saya sendiri, Yogasworo H.(Creative Designer), Ferry Ardianto (Creative Designer), Rakhmat Riyandi (Creative Designer), M. Apriyanto (Creative Designer), Kastria SE Hutagaol (Secretary), Indra Sentosa (Promo), dan Folda Gobel (Marketing).

Thanks God, I thought I get a few keys! Then recruitment team have also begun to run.The initial team ready for work (with all its plus and minus) are formed: Burhan Abe (Editor in Chief), Iwan Suci Jatmiko (Deputy Editor in Chief), Suryo Paksi Rahardjo (Senior Editor), Irwan Ade Trisnadi (Editor), Dody Handoko (Editor), Witanto Prasetyo (Reporter), Aderiska Andriana (Reporter), Dedy Sofan (Reporter), M.I. Mappasenge (Photography Editor), Andry Novelino (Photographer), Catur Prajitno (Photographer), Roswita Ambarini (Fashion Stylist), Radot Marpaung (Fashion Stylist), myself, Yogasworo H. (Creative Designer), Ferry Ardianto (Creative Designer), Rachmat Riyandi (Creative Designer), M. Apriyanto (Creative Designer), Kastria SE Hutagaol (Secretary), Indra Sentosa (Promotion) , and Folda Gobel (Marketing).

COVER_MANOHARA_portDengan kerja keras seluruh anggota tim serta dukungan penuh dari TransCorp dan tim Detikcom yang sarat pengalaman di industri online media dan digital, termasuk full support untuk video production dari MyTrans, kami berhasil menerbitkan MALE Digital Interactive Magazine for Men pada Jum’at, 2 November 2012. Dan dahsyatnya, kami terbit mingguan secara gratis yang dapat diunduh di male.detik.com. Tersedia dalam versi multimedia PDF, Apps for iPad & Android. Setalah edisi perdana ini terbit, penambahan pasukanpun terus dilengkapi. Menyusul bergabung Rahma Anandita (Reporter) dan Nadia Intan (Fashion Stylist).

With hard work of the team as well as the full support of Transcorp and Detikcom team which full of experience in the online industry and digital media, including full support for video production from MyTrans, we successfully issued MALE Interactive Digital Magazine for Men on Friday, 2 November 2012 . Amazingly, we published weekly for free that can be downloaded in male.detik.com. Available in multimedia PDF version, Apps for iPad and Android. After this first edition was published, the addition personnel continues equipped. Following joined Rahma Anandita (Reporter) and Nadia Intan (Fashion Stylist).

Kini, saat tulisan ini disajikan, eksistensi MALE magazine sebagai majalah digital interaktif tergolong sudah diakui. Sebagai catatan, rata-rata downloader MALE magazine per-edisi mencapai angka 350.000 (PDF, iPad, Android). Perlahan tapi pasti, pintu-pintu agar mendapatkan kue iklanpun mulai terbuka. Terutama bagi produk-produk yang sudah menjadikan digital media sebagai tempat berpromosi/beriklan yang makin menjanjikan. Karena tersedianya feature-feature yang tidak bisa disediakan oleh media konvensional seperti print media. Dari audio, video, hyperlink, slideshow, animation, motion graphic hingga customize gallery, dsb. dapat diaplikasikan.

Now, as of this writing is presented, the existence of MALE magazine as digital interactive magazine already recognized. For the record, the average downloader 0f MALE magazine reached 350,000 (PDF, iPad, Android) per-issue. Slowly but sure, the doors to get adcertisment began to open. Especially for products that have made ​​digital media as a place to promote / advertise, because of the availability of features that can not be provided by conventional media such as print media. Audio, video, hyperlinks, slideshows, animation, motion graphics to customize gallery, etc.. can be applied.

Sebagai gambaran umum, gelombang mobile device seperti komputer tablet yang diproduksi produsen-produsen raksasa adalah salah satu pemicu tren digital media. Simple, stylish, portable, multitasking adalah sebagian kecil kelebihan yang terlihat di permukaan yang ditawarkan mobile device, baik komputer tablet, smartphone ataupun phablet. Digitalisasi pun tak dapat dihindari. Seiring dengan makin melonjaknya harga produksi untuk media konvensional (print media) yang salah satunya karena menjulangnya harga bahan baku, maka lambat laun digital media menjelma sebagai solusi dari kondisi makin rendahnya belanja media di masayarakat.

As a general overview, the wave of mobile devices such as tablet computers that produced by giant producers is one of the triggers of digital media trends. Simple, stylish, portable, multitasking is a small excess seen in the surface of mobile. Digitization was inevitable. Along with the soaring costs of production for conventional media, gradually digital media being a solution of the conditions in lower media spending.

Saya sama sekali tidak berniat mengarahkan publik agar menganggap MALE magazine sebagai pemicu tumbuhnya digital interactive media di Indonesia. Tapi, karena MALE magazine terbit di momentum yang tepat, maka presepsi publik pun terbentuk dengan sendirinya. Bahwa MALE dianggap sebagai pionir digital interactive magazine di Indonesia. Walaupun sebenarnya, sebelum MALE magazine sudah ada beberapa media, baik dalam satu grup di Detikcom dengan Majalah Detik nya, maupun di grup media lain yang sudah terlebih dulu meluncur di pasar media. Namun tampaknya tanggapan dan apresiasi publik saat mereka mengawali penerbitan belum menujukkan indikator yang signifikan.

MALE BEST ISSUES_02_PAbsolutely I have no intention of directing the public to consider MALE magazine as a trigger for the growth of digital interactive media in Indonesia. But, because MALE magazine rises in right time, the public perception was formed by itself. Actually, before MALE magazine, there have been several media, Including the media that is in one group company, Majalah Detik, as well as in other media group who had exsist in the media market. But it seems the response and public appreciation not showed significant indicators when they started publishing.

Pengembangan produk digital interactive magazine memang belum berhenti. Masih terus melaju cepat seiring dinamika yang terjadi di dunia teknologi, baik hardware maupun software. MALE magazine sendiri juga bukan sebuah produk yang sudah sempurna, masih sangat banyak yang bisa dikembangkan lebih lanjut. Apalagi jika dibandingkan dengan produk-produk sejenis dari luar negeri, nyata terlihat, kesan canggih yang ada di MALE magazine masih belum ada apa-apanya.

The development of digital interactive magazine does not stop. Still proceeded rapidly with the dynamics that occur in the world of technology, both hardware and software. MALE magazine is not a perfect product yet, is still can be developed further. Especially when compared to similar products from abroad. Real looks, sophisticated impression in MALE magazine maybe like nothing.

MALE Team_12

Dalam perjalanannya, tim kerja MALE magazine masih terdapat beberapa perubahan kecil dibanding dengan awal pergerakan, beberapa tenaga tambahan berkualitas turut bergabung: A’ey Ashari (Photographer), Intan Meldawaty (Fashion Stylist), Widyacitta Indersari (Fashion Stylist), Dewi Kartika Teguh W. (Languange Editor), Bagus Wijanarko (Editor), Erwin Santoso (Creative Designer). Walaupun dari mereka ada juga yang sudah tidak tergabung lagi baik sejak awal maupun di saat sudah berjalan. Tentunya penambahan pasukan ini sedikit banyak menjadikan optimisme makin menguat. Bahwa, inilah media yang ke depan, setidak-tidaknya 3-5 tahun dari sekarang, akan menjadi idola yang sesungguhnya. Itupun dengan catatan, bahwa tim kerja yang selalu solid untuk mengembangkan produk, dan secara bisnis juga menunjukkan angka yang progresif. Tidak sekedar dikehendaki publik pembaca, tapi juga menjadi pilihan utama para produsen untuk beriklan tentunya.

In the journey, there are some minor changes compared to the beginning in MALE work team , some additional qualified personnel were join: A’ey Ashari (Photographer), Intan Meldawaty (Fashion Stylist), Widyacitta Indersari (Fashion Stylist), Dewi Kartika Teguh W . (Languange Editor), Bagus Wijanarko (Editor), Erwin Santoso (Creative Designer). Despite of them some are no longer incorporated, either from the beginning or at the time is already running. Of course, the addition of these team make optimism a little much more stronger. Hopefully, this is the future of media, at least 3-5 years from now, will be a real idol. And that’s with a note, that the team work is always solid to develop the product, and the business also showed a progressive rate. Not merely desired by readers, but also the top choice of producers to advertise.

Seperti yang terurai oleh sejarah, dari jaman batu hingga jaman serba instan seperti saat ini, keberadaan media terus mengikuti pekembangan cara-cara dan teknologi berkomunikasi. Dari sekedar dipahat pada batu ataupun ditulis pada daun, sampai penggunaan sensor suara untuk menuliskan pesan, penyampaian informasi akan terus menjadi aktivitas pokok di tengah masayarakat. Lalu, apakah hal yang saya uraikan di sini akan menjadi bagian dari sejarah perkembangan media? Saya tidak tahu, yang saya dan rekan-rekan saya lakukan hanyalah berkarya mengikuti perkembangan yang ada di industri yang kebetulan kami ada di dalamnya. Biarkan semua berjalan sebagaimana adanya, soal apakah hal-hal baru akan terus berkembang atau tidak, menjadi catatan yang gemilang atau kelam, time will tell! Bagi saya pribadi, setidak-tidaknya sudah pernah berada dalam jejak-jejak perkembangan itu…

As unraveled by the history, from the stone age until instant era as it is today, where the media continues to follow developments and technological ways to communicate. Than just carved in stone or written on the leaves, to use sound sensors to write the message, the delivery of information will continue to be main community activity. Then, whether I have described here will become part of the historical of the media development ? I do not know, that I and my colleagues do is work and follow the changes in the industry that we happened to be there in it. Just let it go, regardless of whether new things will continue to evolve or not, becomes a hit record or a dark, time will tell! Personally, at least, I had been in traces of digital media devepoment…

KATALOG PETOJO SARI Catering 2012

<click image to enlarge>

Graphic Design : Yogasdesign

Client : Petojo Sari Catering

Vendor : Yogasdesign.com

KATALOG MIRABELLE Flowers & Gift 2012

Graphic Design : Yogasdesign & Zulfikar

Client: Mirabelle Flowers & Gifts

Vendor : Yogasdesign.com

ANNUAL REPORT 2011 NUSANTARA REGAS

<click image to enlarge>

Vendor : CIKA Indonesia

Client : PT NUSANTARA REGAS

Graphic Design & Layout : Yogasdesign & Zulfikar

Leaflet MITRA SENI INDONESIA (MSI) Member’s Gathering 2012

<click image to enlarge>

Graphic Design : Yogasdesign

Client : Mitra Seni Indonesia (MSI)

Vendor : Yogasdesign.com

MENU DIM SUM FESTIVAL Kelapa Gading

<click image to enlarge>

Graphic Design : Yogasdesign

Client : DIMSUM FESTIVAL

Vendor : Yogasdesign.com

PROMO DIM SUM FESTIVAL Kelapa Gading

<click image to enlarge>

Client : DIM SUM Festival

Design : Yogasdesign

Vendor : yogasdesign.com

E-Poster “Peduli Hak Pejalan Kaki”

Lewat e-poster ini, kami segelintir penggiat di industri kreatif bermaksud menyampaikan keperihatinan terhadap kurangnya perhatian, penghargaan dan penghormatan atas hak para pejalan kaki dalam hal ketersediaan ruang yang layak. Sudah banyak ruang-ruang yang sedianya diperuntukkan untuk para pejalan kaki, ternyata tidak dapat digunakan sesuai fungsinya karena justru “termakan” oleh perilaku pengendara kendaraan bermotor (mobil, motor) maupun penggunaan ruang yang tidak pada tempatnya (PKL, parkir dll). Harapannya, mudah-mudahan e-poster yang kami sampaikan ini sedikit banyak dapat menggugah masyarakat untuk turut membina kesadaran penggunaan ruang-ruang bagi pejalan kaki dengan sebagaimana mestinya.

Bagi khalayak yang merasa e-poster ini layak untuk disebarluaskan, kami persilakan menyebarluaskan, men-tag, menggandakan, ataupun menduplikasi lewat berbagai jenis media (online, cetak dll), tanpa harus meminta izin kepada kami maupun pembuat e-poster yang bersangkutan dengan hanya satu syarat yaitu: mohon berkenan tidak merubah, mengurangi, & menambahkan apapun semua yang telah terkandung & termuat dalam e-poster tersebut.

Dan perlu diketahui bahwa tidak ada kerjasama dengan instansi, badan, organisasi manapun dalam pembuatan e-poster ini.

(click image to enlarge & download)

Workshop & Sharing bersama Majalah Kabare

Awalnya saya dipertemukan oleh jurnalis senior Burhan Abe dengan tim manajemen majalah Kabare, bapak Eddy Purjanto dan ibu Ida Susanti. Setelah melakukan diskusi beberapa jam tentang segala hal mengenai niatan manajemen untuk melakukan rebranding dan upgrading, lalu kami sepakat untuk saling berkomunikasi agar dalam waktu dekat bisa dilakukan workshop  dan sharing session di redaksi Kabare, Jogjakarta.

Tak lama waktu berselang, bapak Eddy menghubungi saya lewat pesan seluler. “Mas Yogas, apakah kira-kira ada waktu sengang antara tanggal 31 Maret – 3 April?”. Saya jawab, “Ya, sejauh ini saya belum ada rencana kemana-mana”. Dan setelah melalui  diskusi via saluran seluler itu, kami sepakat bahwa saya akan menyambangi redaksi Kabare, Jogjakarta, pada 3 April 2012, untuk mengadakan workshop & sharing.

Hari keberangkatanpun tiba, tepat pukul 07.40 wib dari Jakarta saya menuju kota dengan julukan Kota Pelajar. Dan sesampainya di Jogja, saya sudah dijemput manajer artistik majalah Kabare, Sutoto, atau biasa disapa mas Totok. Lalu kami sejenak mencari sarapan ringan, dan lanjut menuju redaksi Kabare, di kawasan Baciro. Setelah melakukan persiapan, maka satu-persatu teman-teman dari majalah Kabare dan Cekidot (satu grup dengan majalah Kabare), dari artisitik, redaksi, hingga fotografi, menampakkan diri untuk bersama mengikuti workshop sekaligus diskusi mengenai desain majalah, dan dunia permediaan pada umumnya. Setelah dibuka oleh pemimpin redaksi Kabare, bapak Danang Wibowo, sesi pertama-pun dimulai.

Pada sesi pertama ini pembahasan terfokus pada bagaimana meneropong perkembangan visual atau perwajahan media, khususnya majalah dengan kategori hi-quality magazine. Dengan memberi contoh beberapa media yang sudah pernah saya bidani, baik public media maupun inhouse media, tergambar beberapa design style dan layout yang intinya lebih stylish, lebih lentur, dan tidak terkesan monoton. Begitupula dengan gaya foto yang diakui dengan maraknya digitalisasi tren fotografi sangat cepat berubah. Dari gaya Lomo yang kembali mengemuka, hingga gaya High Dynamic Range yang saat ini sedang banyak menyita perhatian.

Unsur-unsur grafis-pun tak lepas dari sorotan. Dalam rangka membuat perwajahan media menjadi dinamis, disepakati perlunya elemen-elemen tambahan yang sebenarnya sederhana tapi banyak mengesankan perbedaan pada desain dan layout. Contoh: tanda kutip, outline, multiple coloumn style,  header style, hingga penentuan fonts yang mengacu pada kekinian. Juga kemampuan tim artistik bersama redaksi merumuskan media sebagai produk kreatif yang mapan dan siap disajikan kepada publik. Dari copywriting, news value, pewarnaan, hingga digital imaging dan tentunya komposisi.

Selain itu, untuk kesekian kalinya mengemuka tentang pentingnya melakukan riset , baik dari segi visual maupun membaca gejala pasar sesuai segmen dan target yang telah ditentukan manajemen. Begitupula dengan pembahasan asumsi-asumsi yang berkembang berkenaan dengan potensi  perilaku pembelian media di masyarakat umum. Sehingga pengemasan produk media dapat mendekati targetnya dengan tepat dan diharapkan juga cepat.

Sesi pertama inipun disudahi bertepatan dengan waktu makan siang. Sajian gudeng khas Jogja-pun tersaji. Makanan khas ini memang tak pernah lekang di makan waktu, di antara berbagai jenis makanan instan modern. Tetap nikmat dan mengundang selera, setidak-tidaknya bagi saya.

Lepas waktu makan siang, sesi kedua dimulai. Kali ini pembahasan banyak terfokus pada aplikasi komputer untuk mendukung kinerja dan hasil optimal produksi. Tentunya penggunaan software yang tepat bagi kebutuhan masing-masing bidang adalah utama. Dengan diawali sedikit diskusi tentang komparasi  perilaku bisnis permediaan antara di Jogja dengan di ibukota, lalu masuklah pada pengupasan secara spesifik berkenaan dengan aplikasi komputer.

Dalam kesempatan ini saya menyajikan pembahasan dari sudut pandang umum atau permukaan dari software Adobe Indesign yang memang saat ini bisa dikatakan menjadi idola para desainer maupun layouter majalah. Fungsi umum, kemudahan-kemudahan berkenaan dengan pra produksi hingga produksi, dan tentunya beberapa tip yang bersifat makro seputar desain dan tata letak.

Setelah itu, saya juga membahas mengenai satu plugins pengolahan foto instan yang bisa direkomendasikan  untuk dimasukkan pada software adobe Photoshop, yaitu Alien Skin Exposure dan Topaz Labs Adjust. Bagaimana plugins ini dapat membantu pengolahan warna dan tone pada foto-foto yang telah dihasilkan seorang fotografer. Dengan preset berbagai style yang bisa dipilih, tampilan foto yang terkesan datar dapat dikembangkan menjadi foto yang stylish.

Tak terasa waktu sudah menjelang sore, dan kami yang terlibat dalam workshop & sharing inipun menyudahinya. Memang waktu sehari terasa pendek untuk berdiskusi panjang. Tapi setidak-tidaknya kami sudah saling membuka wawasan agar tetap berkarya dengan tak lepas dari segala perkembangan di dunia kreatif itu sendiri seiring zaman yang terus bergerak. Sayapun kemudian diantar ke penginapan yang sudah disiapkan di area Gowongan,  jalan Mangkubumi.  Dan keesokan harinya dijemput kembali untuk melakukan evaluasi sembari menyantap sarapan di Soto Kadipiro yang melegenda itu, bersama pihak manajemen Kabare, dalam hal ini bapak Eddy yang ditemani mas Totok, selaku manajer artsitik. Lalu setelah itupun sayapun harus segera meluncur ke airport untuk kembali menuju Jakarta.

Terima kasih majalah Kabare telah bersedia memberi kepercayaan kepada saya untuk menyajikan workshop & sharing, dan terima kasih Jogjakarta, yang dengan keramahannya membuat saya dapat menikmati tugas dan menjalankan amanat dengan baik. See you!

GRAND SCENARIO “TRIPLE DOUBLE U”

scenicreflections.com

Tak pelak, kemajuan teknologi informasi bisa dikatakan belum ada yang sanggup membendung. Dari periode ke periode, terasa sekali banyaknya kemajuan yang tak terkira. Hitung saja dari era penulisan di batu hingga sandi dan simbol sampai tablet pc atau smartphone. Luar biasa! Saya coba flashbacksekitar 20 tahun yang lalu, sama sekali di kala itu tidak membayangkan bahwa handphone akan menjadi kebutuhan primer seperti saat ini. Begitupula dengan internet, yang pertumbuhan tingkat kebutuhannya sudah melampaui hitungan dari tahun ke tahun.

Dari uraian singkat yang memang belum menyentuh hal-hal mikro itu, saya punya analisa pribadi. Yang tidak ada kewajiban bagi khalayak umum untuk meng-iya-kannya. Karena analisa ini sangat subyektif berdasarkan fantasi-fantasi yang merngurut hal-hal kejadian masa lalu, masa kini, hingga bayangan masa datang.

Begini. Hakikatnya (menurut saya) jalannya hidup itu adalah perjalanan ke titik nol. Diawali dari nol menuju nol. Dari tiada menjadi ada, lalu kembali lagi menjadi tiada. Kalau boleh disketsakan, skemanya mirip seperti gambar balon tiup yang menggelembung, lalu kita ambil awal dari  pangkal tempat balon ditiup kemudaian menuju area gelembung teratas, dan akhirnya turun lagi menuju pangkal.

Sebuah benda, ada karena proses penciptaan dari tiada, lalu setelah difungsigunakan hingga mencapai titik maksimal, ia akan perlahan maupun cepat menjadi tak berfungsi guna, dan akhirnya bernilai nol. Atau yang paling gampang dan sangat harfiah. Manusia, dari tiada, lalu dilahirkan kemudian menjalani proses hidup hingga melewati masa puncak, entah di usia berapa, lalu bisa perlahan-lahan ataupun secara tiba-tiba, menjadi tiada. Begitupula bisa lihat pepohonan. Dari tiada, lalu ditanam atau tertanam benih-benihnya hingga ia tumbuh dan produktif menghasilkan buah sampai masa yang tak bisa diprediksi, kemudian perlahan mengering hingga mati, dengan proses alami maupun kesengajaan oleh anggota alam lainnya, seperti manusia ataupun hewan.

Lalu apa hubungannya dengan kemajuan teknologi ataupun teknologi informasi? Seperti telah disinggung, jaman dulu kala kebutuhan menyampaikan informasi tidak seagresif masa kini. Baik dengan penyampaian simbol  atau dibawanya surat tertulis oleh burung kepada penerima informasi dan bentuk-bentuk lainnya. Lalu seiring perjalanan waktu bentuk-bentuk ataupun cara-cara itu terus berkembang. Hingga penemu-penemu brilian menemukan cara-cara yang lebih cepat dan efektif. Ditemukannya mesin sandi morse, telepon maupun telegrap harus diakui merupakan salah satu catatan sejarah terbaik dalam kemajuan teknologi informasi.

Dan… lihatlah hari ini! Handphonesmartphone, tablet pc, internet,atau smart tv adalah benda-benda yang mendominasi. Betapa kebutuhan dan agresifitas berinformasi begitu luar biasa. Dan itupun terus berkembang. Dengan keluarnya model-model baru yang bertujuan sama: mempercepat, mempermudah. Hingga seluruh pelosok dunia dapat bertukar informasi dengan hitungan kecepatan cahaya. Pertanyaan yang mengganggu saya adalah, apakah hal ini merupakanh puncak peradaban manusia hingga nanti akan mulai menuju kemunduran, atau masihkah akan terus bergerak maju sampai pada waktu, yang bisa jadi saya sendiri belum tentu mengalaminya?

celebritywonder.ugo.com

Beberapa kali saya melihat film serial di televisi maupun layar lebar yang terkesan sekedar khayalan. Seperti Buck Rogers, Star Wars, Star Trek, Mad Max, hingga Lord of the Rings. Mengapa tiba-tiba saya seperti tersadarkan, bahwa arah perjalanan hidup ini menuju ke arah yang ditunjukkan dalam film-film tersebut? Serba canggih, komunikasi serba virtual dan sekali sentuh, kehancuran kota-kota besar karena peperangan antar suku, antar wilayah, antar planet hingga antar galaksi, dan kemunculan peradaban baru dengan lahirnya spesies-spesies baru makhluk hidup, termasuk manusia dengan bahasa-bahasa varian barunya. Dari telanjang menjadi telanjang, dari biadab menjadi biadab, dari kanibal menjadi kanibal, dari primitif menjadi primitif. Dari tulisan di daun, batu dan kayu menjadi tulisan di atas media yang sama lagi, daun, batu dan kayu.

Kok bisa saya berpikir seperti itu? Coba lihat. Belahan dunia manapun kini dengan mudah bersitegang, berkonflik, saling menyerang. Kelompok dengan kelompok, komunitas dengan komunitas, sampai Individu dengan individupun juga begitu. Apa pasal? Salah satunya: makin cepat dan mudahnya laju informasi. Saat ini, adu domba hanya pekerjaan sekali sentuh. Tidak adanya lagi tembok-tembok penghalang untuk mengatakan segala yang ada di benak, itu hanya hal sederhana. Bahkan dengan teknologi informasi yang ada, tak ada lagi yang bisa mencegah orang lain untuk mengorek-ngorek rahasia. Bahkan rahasia negara sekalipun, termasuk mengorek brankas bank!

Dari sini saya lalu berpikir, penemuan brilian apa yang bisa menjadi catatan penting setelah para penemu pendahulu menemukan benda-benda dasar teknologi informasi? Ya!! Triple double U alias www (World Wide Web). Lalu saya coba bandingakan dengan proses kemajuan yang ada dan telah terjadi. World Wide Web (www) yang hingga kini telah menggeser perilaku berinformasi, telah banyak mempengaruhi berbagai sisi kehidupan. Baik keseharian hingga ekonomi bisnis. Termasuk munculnya jargon “Go Green” yang menurut saya lebih kepada doktrin ketimbang gerakan. Karena sebenarnya yang terjadi hanya pergeseran cara orang dalam menggunakan produk yang sarat kandungan hasil alam. Contoh; dari kertas menjadi online. Padahal pembatasan penggunan kertas dengan alasan makin menipisnya ketersediaan kayu beserta pepohonan, tak pernah dibandingkan langsung dengan seberapa dahsyat eksplorasi sumber daya alam yang digunakan untuk menghasilkan listrik yang dibutuhlkan dalam dunia online.

Selanjutnya dengan keberhasilan pergeseran perilaku tersebut, “Triple double U” berkembang menjadi World Without Wire (dunia tanpa kabel), dimana bentuk-bentuk perpindahan inforamsi semua mengarah pada komunikasi nirkabel. Tengok saja benda-benda yang telah disebut, handphone hingga tablet pc.Saking cepatnya perkembangan teknologi informasi ini, pada sebuah forum resmi seorang konsultan multimedia marketing pernah mengemukakan, bahwa sudah ada website khusus pemantau suratkabar cetak yang tutup atau bangkrut.Tapi ia lupa, bahwa ternyata belum ada website khusus pemantau media online yang berkondisi sama, mati. Dan saya yakin, justru jumlahnya luar biasa banyak, karena kematiannya pasti semudah membuatnya.

blogcdn.com

Kemudian”Triple double U” semakin berkembang menjadi World Without Wall (Dunia Tanpa Dinding), bahwa tak ada lagi dinding penyekat antar individu, wilayah, dan tentunya antar belahan dunia. Akses informasi dengan mudah didapat dengan internet dan segala turunan produknya: dari website, weblog hingga social media. Akses yang sangat terbuka dan dapat dibuka dengan cara legal maupun ilegal adalah yang terjadi dimanapun saat ini. Ingat dengan kasus Wikileaks? atau di-hack-nya website Mabes POLRI? itu hanya contoh di permukaan. Atau mau bicara content? seorang bocah SD yang baru hitungan bulan mengenal dunia website, sudah fasih mencari dimana ia bisa melihat perilaku hubungan badan antara dua orang dewasa. Ya, pornografi menjadi mudah terakses oleh siapapun!

Lalu yang kini mulai menggejala dan sedang dalam proses menjadi habit, World Wide War!!! Perang yang berkecamuk diseantro dunia. Lihat people power di Mesir dan Libya, terdapat peran penting jejaring Twitter dan Facebook. Riot in London, dengan Balckberry Messenger dan Facebook, atau tweet war anntar selebritis Indonesia yang sudah di luar kewajaran. Luar biasa dahsyat! Inipun juga menggejala di tatanan hidup masyarakat yang tersederhana. Makin bebas berbicara dengan social media membuat tumbuhnya kembali narsis kedaerahan yang menjadi rasis terselubung. Lalu pemaksaan doktrin komunitas yang bebas bergentayangan menyerang siapapun tanpa rambu-rambu, atau info-info sarat kepentingan pribadi yang membuat orang mengkerutkan dahi karena semua merasa punya hak berbicara. Demokrasi, begitu alibi yang jadi tren terkini. Padahal saya sendiri belum menemukan literatur yang mengatakan bahwa “mazhab” yang kini bersentral di negeri yang ditemukan Colombus itu adalah yang paling baik bagi tatanan kehidupan dunia. Padahal nyatanya hanya membuat individu semakin “kerdil” dengan artian semakin sensitif, emosional, melakonis, dan cenderung over pride.

up.neutek.ned

Kemudian apa selanjutnya? Sayapun hanya bisa berandai-andai, bahwa setelah peperangan terjadi dan memuncak, lalu terwujudlah World Without Wealth, dunia tanpa kekayaan. Semua kekayaan bumi habis tak tersisa, hancur, porak poranda, kembali menjadi nol! Dan inilah yang juga sejalan dengan hakikat jalannya hidup, dari nol menunju nol. Justru makin agresif manusia menuju kemajuan untuk mencapai puncak peradaban, makin dekatlah dengan perjalanan ke titik nol.

Dan itu pasti, karena memang begitulah jalur hidup ini semua akan kembali pada titik tiada. Tinggal manusia yang memutuskan, apakah terus ingin terburu-buru mencapainya, seperti makin terburu-burunya ingin mendapatkan informasi, maupun makin terburu-burunya berperikehidupan sehari-hari hingga merasa semua pekerjaan sebisa mungkin diselesaikan dengan cepat melebihi batas-batas yang sudah ada. Tak salah memang, jangankan bekerja, untuk berdoapun manusia selalu terburu-buru memohon permintaannya dikabulkan oleh Tuhan.

Bagaimanapun dalam hati kecil, saya tak ingin terbawa arus “Grand Scenario” ini. Walaupun kenyataannya, tak  bisa dihindari, harus mengikuti perkembangan yang ada. Yah…, setidak-tidaknya dengan uraian berdasarkan fantasi ini , minimal untuk saya pribadi dapat memberi batasan-batasan atau standar bagaimana menyikapi perkembangan teknologi, termasuk teknologi informasi. Karena tulisan yang saya tulis inipun jauh dari memenuhi syarat atau jauh memenuhi kelengkapan kaedah-kaedah dasar penulisan, apalagi studi pustaka maupun literatur.  Hanya sekedar ber-ide tiba-tiba, saat menyeruput secangkir kopi hitam… slurp..ahhh…..

DIGITAL IMAGING COLLECTION

Majalah DUTA RIMBA #041

<click image to enlarge>

Vendor : CIKA Indonesia

Client : Perum Perhutani

Graphic Design & Layout : Yogasdesign

BULETIN AS-SYIFA#004

<click image to enlarge>

Graphic Design : Yogasdesign

Client: LKC-DD (Layanan Kesehatan Cuma-cuma – Dompet Dhuafa)

Vendor : Yogasdesign.com